NAMA : AGUSTIANI
YUNELDA
Dari yang saya
amati disekitar lingkungan masyarakat, banyak sekali masalah-masalah yang
terjadi pada lingkungan masyarakat yang mengakibatkan ketidaksehatan mental masyarakat. Baik itu masalah ekonomi, masalah
pendidikan, masalah keluarga, masalah
sosial,masalah remaja yang kebablasan, pergaulan yang serba bebas dan
sebagainya. mengakibatkan rusaknya moral dan ketidaksehatan mental masyarakat.
Lebih parahnya tidak hanya mengakibatkan rusaknya moral atau akhlak
dilingkungan masyarakat tetapi
masalah-masalah yang tidak bisa diselesaikan bisa berakibat fatal,
hingga bunuh diri.
Kita lihat dalam
bidang ekonomi, dizaman serba kapitalis sekarang yang mempunyai modal, maka
merekalah yang berkuasa.Ketidaksehatan mental masyarakat termasuk pemimpin
negeri ini, membuat mereka melalukan apa saja demi meraup keuntungan. Tidak
peduli, apakah rakyat terbebani atau tidak. Seperti penghapusan subsidi BBM,
penghapusan subsidi listrik, naiknya harga kebutuhan pokok, kurangnya lapangan
pekerjaan dan sebagainya. Hal ini tentu saja berdampak pada rakyat yang
menengah kebawah, sehingga tingkat kriminalitas pun meningkat. Seandainya pemimpin mempunyai mental yang
sehat, ia tidak akan mau membebani rakyatnya sendiri. Karena tugas seorang
pemimpin adalah mengayomi dan melindungi rakyatnya.
Kita masih
bersyukur, kita termasuk orang yang beruntung karena dapat merasakan bangku
pendidikan sampai kejenjang yang tinggi. Tetapi banyak kita temukan, masyarakat
diluar sana yang tidak mampu melanjutkan pendidikannya. Bahkan ada yang tidak
sekolah sama sekali. Banyak kita temukan diluar sana, anak kecil dilampu merah
menjual koran, mengamen dan sebagainya. Namun, yang membuat sedih ketika kita
menyaksikan seorang anak kecil atau orang dewasa yang melakukan tindak
kriminal, seperti mencuri, mencopet. Hal
ini adalah bentuk ketidaksehatan mental masyarakat karena kurangnya pengetahuan
tentang agama yang memang tidak ia rasakan dibangku sekolah dan kurangnya
kontrol dari orang tua.
Lingkungan sosial
juga mengalami masalah. Mental masyarakat sekarang jauh berbeda dengan mental
masyarakat dahulu. Saya merasakan sendiri, bagaimana dulunya masyarakat peduli
dengan sesamanya, saling tolong menolong, dan silahturahmi selalu terjaga.
Namun sekarang, saya juga merasakan masyarakat yang individualis, hanya
mementingkan diri sendiri, tidak peduli dengan lingkungannnya, dan tolak ukur
perbuatan masyarakat sekarang adalah materi. Tak ada yang gratis sekarang,
begitulah kalimat yang sering kita dengar. Memang tidak semua masyarakat
seperti itu, namun kebanyakan. terlebih lagi yang tinggal dilingkungan
diperkotaan. Bahkan sesama tetangga tidak saling mengenal. Sedikit demi sedikit
rasa kemanusiaan ditengah masyarakat semakin tipis.
Dalam lingkungan keluarga yang terkecil pun banyak sekali mengalami
masalah. Ketidaksiapan mental seseorang untuk berkeluarga akhirnya menjadi
masalah buat keluarga yang lainnya dan anak-anaknya. Banyak sekali dampak dari ketidaksehatan mental seseorang atau
masyarakat ketika ia sudah berkeluarga. Seperti kekerasan dalam rumah tangga,
kekerasan pada anak, perselingkuhan dan sebagainya. Kompas (29/7) menyebutkan
bahwa dari hasil olah data Komnas perlindungan anak, Kemendikbud, kasus
kekerasan anak cenderung meningkat tiap tahun, dari januari hingga mei 2015 sudah
ada 500 laporan kekerasan anak yang diterima Komnas PA. Belum lagi masalah
perselingkuhan, baik itu dilakukan oleh suami atau istri. Pada tahun 2014 ibu
rumah tangga menempati peringkat teratas terkena HIV/AIDS dengan jumlah 6.359.
data ini dikumpulkan oleh Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI)
ditahun 2007-2014. Mereka adalah korban dari suami mereka yang tertular HIV/AIDS
akibat prilaku seks kotor, gonta-ganti pasangan, mendatangi pelacuran atau
penggunaan narkoba dengan jarum suntik. Hal ini tidak akan terjadi jikaseseorang sehat secara mental.
Karena orang yang sehat mental pasti siap menerima apapun resiko yang dihadapi
setelah menikah, sehingga ia akan berusaha melakukan yang terbaik untuk
keluarga dan anak-anaknya.
Belum lagi masalah pada remaja indonesia. Remaja yang tidak
mendapatkan kontrol dari orang tua, minimnya pemahaman tentang agama, akan
mengakibatkan mentalnya tidak sehat. Remaja adalah masa dimana seseorang ingin
menemukan hal-hal baru, ingin mencari jati diri, dan kebebasan untuk
berekspresi. Seharusnya menemukan hal-hal baru yang positif, menuntut ilmu
untuk masa depan, mengembangkan bakatnya. Namun hal ini disalah gunakan oleh
kebanyakan remaja. Inilah fenomena yang kita lihat sekarang, remaja dengan
kebebasan yang kebablasan akhirnya berakibat fatal.
Seorang remaja
yang paham agama, tanpa selalu dikontrol orang tua pun, akan paham
batasan-batasannnya dalam bertindak. Sudah jelas, dalam islam Allah melarang
mendekati zina, maka ia akan selalu tunduk dan patuh pada aturan tersebut.
Apalagi aturan itu dibuat oleh Penciptanya. Seperti aktivitas pacaran, remaja
yang sehat mental baik fisik maupun psikis tidak akan mau pacaran karena ia
tahu pacaran adalah salah satu bentuk mendekati zina. Ia juga tidak akan mau
terjerumus dalam pergaulan bebas, karena ia akan selalu sadar bahwa akan ada
Allah yang selalu memantau gerak-geriknya.
Belum lagi kasus
LGBT yang lagi marak-maraknya ditengah-tengah masyarakat sekarang. Ini lebih
dari sekedar tidak sehat, tetapi sudah gila. Tidak masuk akal, seseorang
menyukai lawan jenisnya sendiri. Dalam islam, ini lah yang namanya melawan
fitrah. Rasa suka terhadap seseorang adalah fitrah yang diberikan Allah pada
setiap hamba-Nya. Tetapi bukan suka kepada lawan jenis. Dengan dalih HAM,
masyarakat semakin jauh dari fitrahnya,semakin rusak akhlaknya. Pada oktober
2015, Sekjen Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Ban Ki-Moon mengaku akan
menggencarkan perjuangan persamaaan hak-hak LGBT. LGBT menjadi salah satu
agenda penting amerika serikat. Penyimpangan seperti ini malah sudah sampai
kenegara kita Indonesia, bahkan penyakit ini sudah menyebar. Karena ketidak
sehatan mental masyarakat dan lemahnya ketaaatan kepada Allah. Sehingga dengan
mudahnya mengambil gaya hidup barat yang bebas.
Banyak sekali
kasus dinegara ini yang mengakibatkan ketidaksehatan mental masyarakat,
kasus-kasus diatas hanya sebagian kecil yang kita ketahui. Namun hal ini tidak akan terjadi jika
masing-masing individu memiliki ketakwaaan dan ketaatan yang tinggi pada
Rabb-Nya. Apalagi kita seorang muslim, agama kita adalah agama yang sempurna.
Agama yang mengatur kehidupan manusia didunia. Jika agama kita tinggalkan,
kasus-kasus seperti diatas akan terus kita saksikan dilingkungan masyarakat.
Tugas kita, sebagai konselor islam adalah menyehatkan mental masyarakat agar
sesuai dengan tuntutan Al-Qur’an dan Hadist.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar