Rabu, 16 Maret 2016

PENYEBAB KETIDAKSEHATAN MENTAL DALAM LINGKUNGAN MASYARAKAT.

NAMA            : AGUSTIANI YUNELDA  
NIM                : 11442201242           


            Dari yang saya amati disekitar lingkungan masyarakat, banyak sekali masalah-masalah yang terjadi pada lingkungan masyarakat yang mengakibatkan  ketidaksehatan  mental masyarakat. Baik itu masalah ekonomi, masalah pendidikan, masalah keluarga,  masalah sosial,masalah remaja yang kebablasan, pergaulan yang serba bebas dan sebagainya. mengakibatkan rusaknya moral dan ketidaksehatan mental masyarakat. Lebih parahnya tidak hanya mengakibatkan rusaknya moral atau akhlak dilingkungan masyarakat tetapi  masalah-masalah yang tidak bisa diselesaikan bisa berakibat fatal, hingga bunuh diri.
            Kita lihat dalam bidang ekonomi, dizaman serba kapitalis sekarang yang mempunyai modal, maka merekalah yang berkuasa.Ketidaksehatan mental masyarakat termasuk pemimpin negeri ini, membuat mereka melalukan apa saja demi meraup keuntungan. Tidak peduli, apakah rakyat terbebani atau tidak. Seperti penghapusan subsidi BBM, penghapusan subsidi listrik, naiknya harga kebutuhan pokok, kurangnya lapangan pekerjaan dan sebagainya. Hal ini tentu saja berdampak pada rakyat yang menengah kebawah, sehingga tingkat kriminalitas pun meningkat.  Seandainya pemimpin mempunyai mental yang sehat, ia tidak akan mau membebani rakyatnya sendiri. Karena tugas seorang pemimpin adalah mengayomi dan melindungi rakyatnya.
            Kita masih bersyukur, kita termasuk orang yang beruntung karena dapat merasakan bangku pendidikan sampai kejenjang yang tinggi. Tetapi banyak kita temukan, masyarakat diluar sana yang tidak mampu melanjutkan pendidikannya. Bahkan ada yang tidak sekolah sama sekali. Banyak kita temukan diluar sana, anak kecil dilampu merah menjual koran, mengamen dan sebagainya. Namun, yang membuat sedih ketika kita menyaksikan seorang anak kecil atau orang dewasa yang melakukan tindak kriminal, seperti mencuri, mencopet.  Hal ini adalah bentuk ketidaksehatan mental masyarakat karena kurangnya pengetahuan tentang agama yang memang tidak ia rasakan dibangku sekolah dan kurangnya kontrol dari orang tua.
            Lingkungan sosial juga mengalami masalah. Mental masyarakat sekarang jauh berbeda dengan mental masyarakat dahulu. Saya merasakan sendiri, bagaimana dulunya masyarakat peduli dengan sesamanya, saling tolong menolong, dan silahturahmi selalu terjaga. Namun sekarang, saya juga merasakan masyarakat yang individualis, hanya mementingkan diri sendiri, tidak peduli dengan lingkungannnya, dan tolak ukur perbuatan masyarakat sekarang adalah materi. Tak ada yang gratis sekarang, begitulah kalimat yang sering kita dengar. Memang tidak semua masyarakat seperti itu, namun kebanyakan. terlebih lagi yang tinggal dilingkungan diperkotaan. Bahkan sesama tetangga tidak saling mengenal. Sedikit demi sedikit rasa kemanusiaan ditengah masyarakat semakin tipis.
                Dalam lingkungan keluarga yang terkecil pun banyak sekali mengalami masalah. Ketidaksiapan mental seseorang untuk berkeluarga akhirnya menjadi masalah buat keluarga yang lainnya dan anak-anaknya. Banyak sekali dampak  dari ketidaksehatan mental seseorang atau masyarakat ketika ia sudah berkeluarga. Seperti kekerasan dalam rumah tangga, kekerasan pada anak, perselingkuhan dan sebagainya. Kompas (29/7) menyebutkan bahwa dari hasil olah data Komnas perlindungan anak, Kemendikbud, kasus kekerasan anak cenderung meningkat tiap tahun, dari januari hingga mei 2015 sudah ada 500 laporan kekerasan anak yang diterima Komnas PA. Belum lagi masalah perselingkuhan, baik itu dilakukan oleh suami atau istri. Pada tahun 2014 ibu rumah tangga menempati peringkat teratas terkena HIV/AIDS dengan jumlah 6.359. data ini dikumpulkan oleh Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) ditahun 2007-2014. Mereka adalah korban dari suami mereka yang tertular HIV/AIDS akibat prilaku seks kotor, gonta-ganti pasangan, mendatangi pelacuran atau penggunaan narkoba dengan jarum suntik. Hal ini tidak akan  terjadi jikaseseorang sehat secara mental. Karena orang yang sehat mental pasti siap menerima apapun resiko yang dihadapi setelah menikah, sehingga ia akan berusaha melakukan yang terbaik untuk keluarga dan anak-anaknya.
Belum lagi masalah pada remaja indonesia. Remaja yang tidak mendapatkan kontrol dari orang tua, minimnya pemahaman tentang agama, akan mengakibatkan mentalnya tidak sehat. Remaja adalah masa dimana seseorang ingin menemukan hal-hal baru, ingin mencari jati diri, dan kebebasan untuk berekspresi. Seharusnya menemukan hal-hal baru yang positif, menuntut ilmu untuk masa depan, mengembangkan bakatnya. Namun hal ini disalah gunakan oleh kebanyakan remaja. Inilah fenomena yang kita lihat sekarang, remaja dengan kebebasan yang kebablasan akhirnya berakibat fatal.
            Seorang remaja yang paham agama, tanpa selalu dikontrol orang tua pun, akan paham batasan-batasannnya dalam bertindak. Sudah jelas, dalam islam Allah melarang mendekati zina, maka ia akan selalu tunduk dan patuh pada aturan tersebut. Apalagi aturan itu dibuat oleh Penciptanya. Seperti aktivitas pacaran, remaja yang sehat mental baik fisik maupun psikis tidak akan mau pacaran karena ia tahu pacaran adalah salah satu bentuk mendekati zina. Ia juga tidak akan mau terjerumus dalam pergaulan bebas, karena ia akan selalu sadar bahwa akan ada Allah yang selalu memantau gerak-geriknya.
            Belum lagi kasus LGBT yang lagi marak-maraknya ditengah-tengah masyarakat sekarang. Ini lebih dari sekedar tidak sehat, tetapi sudah gila. Tidak masuk akal, seseorang menyukai lawan jenisnya sendiri. Dalam islam, ini lah yang namanya melawan fitrah. Rasa suka terhadap seseorang adalah fitrah yang diberikan Allah pada setiap hamba-Nya. Tetapi bukan suka kepada lawan jenis. Dengan dalih HAM, masyarakat semakin jauh dari fitrahnya,semakin rusak akhlaknya. Pada oktober 2015, Sekjen Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Ban Ki-Moon mengaku akan menggencarkan perjuangan persamaaan hak-hak LGBT. LGBT menjadi salah satu agenda penting amerika serikat. Penyimpangan seperti ini malah sudah sampai kenegara kita Indonesia, bahkan penyakit ini sudah menyebar. Karena ketidak sehatan mental masyarakat dan lemahnya ketaaatan kepada Allah. Sehingga dengan mudahnya mengambil gaya hidup barat yang bebas.
            Banyak sekali kasus dinegara ini yang mengakibatkan ketidaksehatan mental masyarakat, kasus-kasus diatas hanya sebagian kecil yang kita ketahui.  Namun hal ini tidak akan terjadi jika masing-masing individu memiliki ketakwaaan dan ketaatan yang tinggi pada Rabb-Nya. Apalagi kita seorang muslim, agama kita adalah agama yang sempurna. Agama yang mengatur kehidupan manusia didunia. Jika agama kita tinggalkan, kasus-kasus seperti diatas akan terus kita saksikan dilingkungan masyarakat. Tugas kita, sebagai konselor islam adalah menyehatkan mental masyarakat agar sesuai dengan tuntutan Al-Qur’an dan Hadist.
     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar