Nama:Hikma
amaliah.
Nim:11442104644.
jurusan:BKI Semester IV.
lokal: IVa
Nim:11442104644.
jurusan:BKI Semester IV.
lokal: IVa
Sehubungan dengan adanya tugas dari
pak dosen M.fahli zatrahadi S,pd,M,pd yang berbentuk artikel yang
membahas sebuah penyakit kegelisahan yang timbul dalam kehidupan masyarakat.
Maka dengan hal ini penulis akan
mengangkat sebuah masalah penyakit kegelisahan hati yang jauh dari tuntunan
agama yang timbul pada lingkungan masyarakat yang menyebabkan terganggunya
mental serta prilaku masyarakat dengan judul yang telah kami tulis di atas
yaitu tentang penyakit pekat.
Jika kita berbicara tentang pekat maka
hal ini sepertinya sudah menjadi rahasia umum di kehidupan masyarakat apatalagi
bagi masyarakat kota dengan kehidupan yang serba istan dan pergaulan yang
sangat luas tanpa di adakannya pemantauan yang serius oleh pemerintah maka hal
ini pun tanpa terkecuali telah merambah bagi masyarakat desa apalagi baru-baru
ini maraknya media yang menceritakan tentang kasus: kalijodo, lokalisasi
dolly,prostutitusi online pijat plus-plus,atau dengan istilah jondul.
“Ini sangat membuat penulis prihatin
karna tanpa adanya tempat-tempat yang kami sebutkan tadi bukankah kita bisa
juga menikmatinya dengan ikatan pernikahan yang sah secara agama,maka oleh
karna itu kejadian hal di atas tersebut sangat merusak tatanan kehidupan
bermasyarakat yang madani sebagai semboyan kita akhir-akhir ini,
Perbincangan mengenai penyakit masyarakat
(Pekat) belakangan ini nampaknya menjadi bahan pembicaraan yang menarik untuk
dibawakan, tidak saja dikalangan para pemerhati masalah sosial tetapi juga di
lapisan masyarakat kelas bawah.Munculnya ketertarikan berbagai elemen
masyarakat untuk berwacana perihal Pekat nampaknya dipicu oleh semakin
memperihatinkannya perkembangan penyakit sosial ini di tengah-tengah
masyarakat.
Pekat yang selama ini dianggap ” subur
” hanya pada lingkup masyarakat perkotaan sedikit demi sedikit sudah mulai
menunjukan perkembangannya hingga kepedesaan yang selama ini justru dikenal
sebagai wilayah religius dengan kehidupannya yang serba agamis. Memang ironis,
indonesia yang selama ini memposisikan diri sebagai negara yang mayoritas
penduduknya memeluk agama (masyarakat religius) ternyata penyakit masyarakatnya
tak kunjung habis bahkan cenderung semakin meningkat dari waktu ke waktu.
Pertanyaannya adalah siapakah yang harus bertanggung jawab terhadap masalah
ini.Apakah aparat penegak hukum yang belum mampu secara tegas memberantas
masalah tersebut, keluarga yang tidak mampu memberikan pendidikan yang memadai,
para guru yang sudah tidak mampu lagi memberikan tauladan ataukan para
rohaniawan / alim ulama yang belum sepenuhnya memberikan ceramah/khotbah kepada
seluruh lapisan masyarakat.
Apabila kita perinci satu persatu
siapa yang harus bertanggung jawab terhadap masalah ini, tentunya tidak akan
ada satu pihak pun yang dengan legowo menyatakan bertanggung jawab mengingat
sudah sifat dasar manusia yang tidak mau dipersalahkan. Yang lebih penting
adalah bagaimana kita semua elemen masyarakat bergandengan tangan dengan erat
untuk bersama-sama memberantas penyakit masyarakat ini secara tuntas.
Dalam tulisan ini saya ingin mengajak
semua pihak untuk saling bahu-membahu mencarikan solusi yang terbaik dalam
memberantas penyakit masyarakat dengan beberapa alasan yang sangat penting
dijadikan pedoman antara lain :
1.adanya komitmen.
adanya
komitmen bersama dari semua elemen masyarakat, khususnya alim ulama, untuk
bersama-sama dengan aparat keamanan memberantas penyakit masyarakat hingga
keakar-akarnya. Harus saya kemukakan, tanpa bermaksud melepaskan diri dari
tanggung jawab, selama ini masyarakat selalu melimpahkan maraknya penyakit
masyarakat di pundak aparat penegak hukum (Polri) dengan alasan Polri kurang
tegas menindak para pelakunya bahkan dianggap sebagai pelindung (backing)
mereka yang terlibat.
2.bagaimana bersikap.
bagaimana
masyarakat harus bersikap dalam mengatasi penyakit masyarakat ini sehingga
tidak mengarah pada tindakan anarkis.
3.perlunya strategi.
strategi apa
yang dapat diterapkan guna mendukung upaya pemberantasan penyakit masyarakat.
Menurut akar sosiologi, penyakit masyarakat usianya sama tuanya dengan
peradaban manusia akibatnya pemberantasannya pun tidak semudah yang dibayangkan
terlebih apabila penanganannya hanya dibebankan pada satu institusi saja
(sektoral), bahkan ahli agama menyatakan pekat sudah terjadi pada berbagai
tingkatan era dan zaman.
Di zaman teknologi informasi seperti
sekarang ini bahkan Pekat sudah semakin komplek dan bervariasi modusnya.
Lahirnya teknologi informasi yang pada mulanya dimaksudkan untuk memudahkan
manusia dalam beraktifitas sekarang malah diselewengkan menjadi media untuk
memudahkan pekat (penyakit masyarakat) semakin menyebar contohnya: judi,
pornografi dan lain-lain.
Maraknya penyakit masyarakat tentunya
tidaklah datang secara tiba-tiba namun merupakan hasil suatu proses yang
berlangsung dalam waktu yang relatif lama. Secara garis besar munculnya pekat
ini dapat dilihat dari 2 (dua) sisi yaitu eksternal dan internal.
Faktor eksternal yatu adanya pengaruh
budaya luar yang langsung ditiru oleh masyarakat tanpa dilakukan upaya
penyaringan.Munculnya sikap seperti ini lebih banyak menimpa masyarakat yang
menganggap bahwa semua pengaruh dari luar berarti mengarah pada kemajuan dan
modernisasi. Akibatnya, upaya penyaringan tidak secara tepat dilakukan bahkan
bisa terjadi perilaku yang selama ini telah mengakar dalam masyarakat akan
mudah digantikan dengan perilaku yang baru. Kondisi ini akan semakin mudah
terjadi manakala pengaruh teknologi informasi sudah merambah ke pelosok –
pelosok daerah.
Faktor internal, faktor ini bersumber
dari diri masyarakat itu sendiri baik yang berasal dari keluarga maupun
masyarakat secara luas.Pemicu Pekat yang sifatnya internal bisa disebabkn
tingkat pendidikan masyarakat yang relatif rendah, tingkat kesejahteraan yang
minim, rendahnya pemahaman spiritual/moralitas masyarakat.Misalnya munculnya
kekerasan masa sekarang ini marak terjadi di masyarakat dipicu oleh adanya
kesenjangan yang sangat dalam antara simiskin dan sikaya. Kesenjangan ini
menyebabkan timbulnya rasa iri dan frustasi sehinga memunculkan dendam yang
mendalam yang setiap saat dapat berubah menjdai amuk massa ( kerusuhan) apabila
ada pemicunya.



Ilustrasi
penyakit masyarakat(PEKAT).16 maret 2016.
Upaya penanggulangan penyakit
masyarakat hendaknya dilakukan secara terus menerus mulai dari lingkungan
terkecil yaitu keluarga.Sedemikian pentingnya peran keluarga dalam masyarakat
sehingga segala hal yang terjadi dalam keluarga dapat mempengaruhi kehidupan
masyarakat secara umum.Oleh karena itu, pembekalan moral yang teguh sejak dini
oleh keluarga mampu mencegah semakin berakarnya penyakit masyarakat.
Masyarakat sebagai salah satu mitra
aparat keamanan dalam upaya memujudkan masyarakat yang aman dan tertib serta
bebas dari penyakit masyarakat diharapkan mampu , mengungkapkan berbagai pesan
moral dalam perwujudannya.
Pada kesimpulannya di kembalikan lah pada diri masing-masing karna kita
lah yang akan berusaha untuk tidak melakukan hal-hal yang telah di larang baik
secara agama atau umum karna suatu kehidupan masyarakat akan makmur jika
berdasarkan keimanan dan ketakwaan ke pada allah sebagaimana yang di sebutkan
dalam al-quran surat al-a’raf ayat 96 :

artinya: Jikalaulah penduduk suatu
kampung atau suatu negri itu beriman dan bertaqwa maka akan menerbitkan oleh
allah rizki dari bumi dan meurunkan dari langit akan tetapi mereka mendustakan
ayat-ayat kami maka kami siksa mereka dengan sebab perbuatan mereka.
Nama:Hikma
amaliah.
Nim:11442104644.
jurusan:BKI Semester IV.
lokal: IVa
Nim:11442104644.
jurusan:BKI Semester IV.
lokal: IVa
Sehubungan dengan adanya tugas dari
pak dosen M.fahli zatrahadi S,pd,M,pd yang berbentuk artikel yang
membahas sebuah penyakit kegelisahan yang timbul dalam kehidupan masyarakat.
Maka dengan hal ini penulis akan
mengangkat sebuah masalah penyakit kegelisahan hati yang jauh dari tuntunan
agama yang timbul pada lingkungan masyarakat yang menyebabkan terganggunya
mental serta prilaku masyarakat dengan judul yang telah kami tulis di atas
yaitu tentang penyakit pekat.
Jika kita berbicara tentang pekat maka
hal ini sepertinya sudah menjadi rahasia umum di kehidupan masyarakat apatalagi
bagi masyarakat kota dengan kehidupan yang serba istan dan pergaulan yang
sangat luas tanpa di adakannya pemantauan yang serius oleh pemerintah maka hal
ini pun tanpa terkecuali telah merambah bagi masyarakat desa apalagi baru-baru
ini maraknya media yang menceritakan tentang kasus: kalijodo, lokalisasi
dolly,prostutitusi online pijat plus-plus,atau dengan istilah jondul.
“Ini sangat membuat penulis prihatin
karna tanpa adanya tempat-tempat yang kami sebutkan tadi bukankah kita bisa
juga menikmatinya dengan ikatan pernikahan yang sah secara agama,maka oleh
karna itu kejadian hal di atas tersebut sangat merusak tatanan kehidupan
bermasyarakat yang madani sebagai semboyan kita akhir-akhir ini,
Perbincangan mengenai penyakit masyarakat
(Pekat) belakangan ini nampaknya menjadi bahan pembicaraan yang menarik untuk
dibawakan, tidak saja dikalangan para pemerhati masalah sosial tetapi juga di
lapisan masyarakat kelas bawah.Munculnya ketertarikan berbagai elemen
masyarakat untuk berwacana perihal Pekat nampaknya dipicu oleh semakin
memperihatinkannya perkembangan penyakit sosial ini di tengah-tengah
masyarakat.
Pekat yang selama ini dianggap ” subur
” hanya pada lingkup masyarakat perkotaan sedikit demi sedikit sudah mulai
menunjukan perkembangannya hingga kepedesaan yang selama ini justru dikenal
sebagai wilayah religius dengan kehidupannya yang serba agamis. Memang ironis,
indonesia yang selama ini memposisikan diri sebagai negara yang mayoritas
penduduknya memeluk agama (masyarakat religius) ternyata penyakit masyarakatnya
tak kunjung habis bahkan cenderung semakin meningkat dari waktu ke waktu.
Pertanyaannya adalah siapakah yang harus bertanggung jawab terhadap masalah
ini.Apakah aparat penegak hukum yang belum mampu secara tegas memberantas
masalah tersebut, keluarga yang tidak mampu memberikan pendidikan yang memadai,
para guru yang sudah tidak mampu lagi memberikan tauladan ataukan para
rohaniawan / alim ulama yang belum sepenuhnya memberikan ceramah/khotbah kepada
seluruh lapisan masyarakat.
Apabila kita perinci satu persatu
siapa yang harus bertanggung jawab terhadap masalah ini, tentunya tidak akan
ada satu pihak pun yang dengan legowo menyatakan bertanggung jawab mengingat
sudah sifat dasar manusia yang tidak mau dipersalahkan. Yang lebih penting
adalah bagaimana kita semua elemen masyarakat bergandengan tangan dengan erat
untuk bersama-sama memberantas penyakit masyarakat ini secara tuntas.
Dalam tulisan ini saya ingin mengajak
semua pihak untuk saling bahu-membahu mencarikan solusi yang terbaik dalam
memberantas penyakit masyarakat dengan beberapa alasan yang sangat penting
dijadikan pedoman antara lain :
1.adanya komitmen.
adanya
komitmen bersama dari semua elemen masyarakat, khususnya alim ulama, untuk
bersama-sama dengan aparat keamanan memberantas penyakit masyarakat hingga
keakar-akarnya. Harus saya kemukakan, tanpa bermaksud melepaskan diri dari
tanggung jawab, selama ini masyarakat selalu melimpahkan maraknya penyakit
masyarakat di pundak aparat penegak hukum (Polri) dengan alasan Polri kurang
tegas menindak para pelakunya bahkan dianggap sebagai pelindung (backing)
mereka yang terlibat.
2.bagaimana bersikap.
bagaimana
masyarakat harus bersikap dalam mengatasi penyakit masyarakat ini sehingga
tidak mengarah pada tindakan anarkis.
3.perlunya strategi.
strategi apa
yang dapat diterapkan guna mendukung upaya pemberantasan penyakit masyarakat.
Menurut akar sosiologi, penyakit masyarakat usianya sama tuanya dengan
peradaban manusia akibatnya pemberantasannya pun tidak semudah yang dibayangkan
terlebih apabila penanganannya hanya dibebankan pada satu institusi saja
(sektoral), bahkan ahli agama menyatakan pekat sudah terjadi pada berbagai
tingkatan era dan zaman.
Di zaman teknologi informasi seperti
sekarang ini bahkan Pekat sudah semakin komplek dan bervariasi modusnya.
Lahirnya teknologi informasi yang pada mulanya dimaksudkan untuk memudahkan
manusia dalam beraktifitas sekarang malah diselewengkan menjadi media untuk
memudahkan pekat (penyakit masyarakat) semakin menyebar contohnya: judi,
pornografi dan lain-lain.
Maraknya penyakit masyarakat tentunya
tidaklah datang secara tiba-tiba namun merupakan hasil suatu proses yang
berlangsung dalam waktu yang relatif lama. Secara garis besar munculnya pekat
ini dapat dilihat dari 2 (dua) sisi yaitu eksternal dan internal.
Faktor eksternal yatu adanya pengaruh
budaya luar yang langsung ditiru oleh masyarakat tanpa dilakukan upaya
penyaringan.Munculnya sikap seperti ini lebih banyak menimpa masyarakat yang
menganggap bahwa semua pengaruh dari luar berarti mengarah pada kemajuan dan
modernisasi. Akibatnya, upaya penyaringan tidak secara tepat dilakukan bahkan
bisa terjadi perilaku yang selama ini telah mengakar dalam masyarakat akan
mudah digantikan dengan perilaku yang baru. Kondisi ini akan semakin mudah
terjadi manakala pengaruh teknologi informasi sudah merambah ke pelosok –
pelosok daerah.
Faktor internal, faktor ini bersumber
dari diri masyarakat itu sendiri baik yang berasal dari keluarga maupun
masyarakat secara luas.Pemicu Pekat yang sifatnya internal bisa disebabkn
tingkat pendidikan masyarakat yang relatif rendah, tingkat kesejahteraan yang
minim, rendahnya pemahaman spiritual/moralitas masyarakat.Misalnya munculnya
kekerasan masa sekarang ini marak terjadi di masyarakat dipicu oleh adanya
kesenjangan yang sangat dalam antara simiskin dan sikaya. Kesenjangan ini
menyebabkan timbulnya rasa iri dan frustasi sehinga memunculkan dendam yang
mendalam yang setiap saat dapat berubah menjdai amuk massa ( kerusuhan) apabila
ada pemicunya.



Ilustrasi
penyakit masyarakat(PEKAT).16 maret 2016.
Upaya penanggulangan penyakit
masyarakat hendaknya dilakukan secara terus menerus mulai dari lingkungan
terkecil yaitu keluarga.Sedemikian pentingnya peran keluarga dalam masyarakat
sehingga segala hal yang terjadi dalam keluarga dapat mempengaruhi kehidupan
masyarakat secara umum.Oleh karena itu, pembekalan moral yang teguh sejak dini
oleh keluarga mampu mencegah semakin berakarnya penyakit masyarakat.
Masyarakat sebagai salah satu mitra
aparat keamanan dalam upaya memujudkan masyarakat yang aman dan tertib serta
bebas dari penyakit masyarakat diharapkan mampu , mengungkapkan berbagai pesan
moral dalam perwujudannya.
Pada kesimpulannya di kembalikan lah pada diri masing-masing karna kita
lah yang akan berusaha untuk tidak melakukan hal-hal yang telah di larang baik
secara agama atau umum karna suatu kehidupan masyarakat akan makmur jika
berdasarkan keimanan dan ketakwaan ke pada allah sebagaimana yang di sebutkan
dalam al-quran surat al-a’raf ayat 96 :

artinya: Jikalaulah penduduk suatu
kampung atau suatu negri itu beriman dan bertaqwa maka akan menerbitkan oleh
allah rizki dari bumi dan meurunkan dari langit akan tetapi mereka mendustakan
ayat-ayat kami maka kami siksa mereka dengan sebab perbuatan mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar